pada edisi 1 Juni 2012 memberitakan Universitas Oxford, Inggris, mengundang dosen, peneliti, dan mahasiswa Indonesia untuk belajar dan melakukan penelitian di Inggris. Suatu berita yang menggembirakan tentunya ..siapa sih yang belum pernah mendengar nama Oxford paling nggak Kamus Oxford menjadi rujukan kita termasuk saya waktu masih jadi mahasiswa jurusan bahasa Inggris dulu. Yang mau masuk siap siaplah dengan pertanyaan nyeleneh ketika di wawancara yang menjadi ciri khas universitas ini. Pertanyaan itu misalnya: mengapa singa memiliki surai atau mengapa buah stroberi berwarna merah? Pelamar jurusan ilmu biologi, salah satunya, mereka akan ditanya seberapa penting kepunahan harimau. Sementara calon mahasiswa hukum diminta menilai kebenaran dari UU yang mengancam hukuman mati untuk parkir ilegal. Untuk calon mahasiswa ilmu material akan diminta menghitung suhu yang dibutuhkan sebuah balon udara untuk mengangkat seekor gajah. Untuk jurusan statistik di tanya kenapa orang Indonesia masih suka menggunakan analisa regresi berganda padahal sudah dikembangkan alat model baru yg namanya structural equation model? Kalo ini saya bisa kasih bocoran jawaban; karena dia di Indonesia kalau di India maka digunakan analis regresi ber Gandhi…he…he. Sudah siap untuk jawaban pertanyaan nyeleneh tersebut?
Kembali ke Lap Top.. sorry.. Kompas, berita tersebut di beri ilustrasi gambar di bawah ini, dan di bawah gambar tersebut di tulis :
“Universitas Oxford, salah satu dari 10 universitas tertua di dunia”
Dengan gaya penyajian tersebut yang baca haqqul yaqin menyimpulkan itu adalah gambar bangunan suatu universitas dengan nama Oxford University. Padahal yang benar itu adalah gambar salah satu gedung Christ Church College yang berada di kota Oxford, United Kingdom. Penggemar film Harry Porter 1 tentu ingat ada adegan kejar kejaran main bola sambil naik sapu,,nah di situlah film di buat di lapangan salah satu perguruan tinggi yang namanya Christ Church. Karena dijadikan lokasi pembuatan film Harry Porter, masuk ke dalam universitas ini harus membayar kalau di kurs kan ke rupiah hampir 150 ribu. Jadi sama seperti Bak Pia Jogja, Pecel Madiun, Nasi Padang, Soto Banjar, Tahu Kediri semua universitas yang terdapat di kota Oxford yang berjarak kurang lebih 200 km dari London ini di sebut Oxford University meliputi lebih dari 40 universitas. Itulah hebatnya Oxford karena nama kota tersebut telah menjadi brand yang sangat kuat untuk suatu pendidikan yang berkualitas. Cukup sebut saja nama Oxford, maka jaminannya adalah suatu sistem pendidikan yang ketat dan bermartabat. Semua bak pia yang ada di Jogja disebut bak pia Jogja cuman yang membedakannya adalah mereknya yang di kasih lebel angka 1 sampai dengan sejuta, makanya ada bakpia pathuk 23, 24, 100 dst nya. Cuma masih disayangkan rasanya tidak standard karena produk produk yang dihasilkan sering nebeng popularitas dari kota asal tempat produk tersebut. Di kota kota Jawa Timur misalnya, semua pecel di kasih lebel pecel Madiun sekalipun yang bikin orang Madura. Nah ketika yang pernah nyicip bagaimana rasanya pecel Madiun asli, kemudian nyoba pecel yang cuman lebelnya aja pecel Madiun maka setelah makan bukan ucapan Alhamdulilah mensyukuri nikmat Tuhan, yang lebih sering terjadi adalah sumpah serapah. Di Indonesia kalau kita menyebut Universitas Indonesia maka hanya ada satu universitas, begitu juga dengan Universiti Malaysia, University of Phillipines yang menunjukan bahwa universitas tersebut merupakan yang paling top di negara tersebut. Tapi di Oxford, yang namanya Oxford University adalah deretan perguruan perguruan tinggi di kota Oxford. Produk tabungan BRI yang bernama SIMPEDES sering di plesetkan sebagai Simpanan Di Pedesaan. Dengan analogi ini Oxford University terjemahan bahasa Indonesianya adalah Universitas Di Oxford. Universitas universitas tersebut antara lain yang tertua University College, Balliol, dan Merton yang didirikan antara tahun 1249 dan 1264, seumur Majapahit. Christ Church merupakan college paling ngetop di Oxford. 13 orang Perdana Menteri Inggris adalah lulusan universitas ini. Daftar keseluruhan university of Oxford bisa dilihat disini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Colleges_of_the_University_of_Oxford#List_of_colleges
Christ Church, Landmark Oxford , Universitas Paling Top
Disamping memiliki perguruan tinggi seusia Ken Arok, Ken Dedes maupun Ken Norton, Oxford juga memiliki perguruan tinggi yang relatif baru : Saïd Business School, University of Oxford. Tetapi sekalipun baru, kiprahnya tidak main main. Universitas ini mendapat ranking 18 di dunia menurut eduniversal rankings 2011. Pada tahun 2010, Forbes memberikan ranking 1 sebagai universitas di luar Amerika yang memiliki program MBA terbaik. Financial Times Global MBA Rankings 2012 memberikan peringkat 16 di dunia and ke 2 di Inggris setelah London Business School.
Mungkin yang menjadi pertanyaan kok nama universitas ini berbau Timur Tengah atau seperti nama Hotel Sahid yang di miliki keluarga Sahid di Indonesia sedangkan nama nama perguruan tinggi di Oxford banyak diambil dari Injil seperti Jesus College, St Anne’s College, Lady Margaret Hall, St Hugh’s College, St John’s College, St Peter’s College dll. Ternyata universitas ini bisa berdiri atas sumbangan Wafic Saïd seorang makelar senjata keturunan Arab-Syria yang menyumbang sebesar £23 juta. Bila 1 £ = Rp. 15.000, silahkan hitung sendiri berapa sumbangan milyarder arab ini, dan sebagai imbalannya universitas ini dinamakan seperti itu untuk mengenang jasa Abi Saïd. Sebagai pelengkap di universitas itu juga patung separo badan beliau mejeng.
A bust of Wafic Saïd in Saïd Business School, Oxford.
Nah daripada kita meributkan masalah klaim budaya dengan Malaysia padahal berbagai macam bukti dan arsip menyatakan bahwa budaya tersebut adalah budaya dari Indonesia, kenapa kita tidak memperbaiki sistem pendidikan dan pengarsipan di negara kita termasuk mendata semua budaya-budaya lokal yang ada ditengah masyarakat, dan mendaftarkannya sebagai warisan budaya nasional serta didaftarkan juga dibawah UNESCO.Jika Indonesia sudah mendaftarkan kebudayaannya ke UNESCO, maka negara lain yang ingin menampilkan budaya Indonesia di publik harus meminta izin ke pemerintah sehingga masyarakat Indonesia tak perlu repot-repot berpolemik dan melarang penggunaan budaya lokalnya oleh negara lain.
Kalau semua tertata baik, siapa tahu Tan Sri Tony Fernandez boss-nya Air Asia tertarik menyumbangkan dana untuk membuat sekolah di Indonesia seperti yang dilakukan oleh Abi Said. Kualitas akan datang kalau kita memiliki uang untuk memperbaiki fasilitas. Who Knows?