Di tengah miskinnya prestasi kita untuk menjadi yang terbaik di peringkat dunia, sebut saja tersingkir awal di Piala Thomas, menjadi runner up sepak bola di piala AFF , runner up lagi di SEA Games dan lagi lagi dan lagi jadi spesialis runner up di Sultan Hassanal Bolkiah Indonesia di nobatkan sebagai negara dengan pengguna Facebook terbanyak di dunia. Kalau Facebook sebuah negara tentu kita boleh menyebut Jakarta sebagai ibukota Facebook. Akhirnya ada juga kita yang nomor satu di dunia, sekecil apapun prestasi seharusnya kita rayakan dan terima kasih sebesar besarnya kepada para Facebooker Indonesia, without you we cannot become the numbero uno in the world. Facebook di Indonesia sepertinya sudah menjadi kawan dalam suka dan duka serta digunakan untuk berbagai kepentingan terutama dalam hal dukung mendukung. Dulu ketika kasus Prita Mulyasari mencuat, jumlah pengguna FB meningkat tajam. Juga ada Gerakan 1,000,000 Juta Facebookers mendukung Bibit – Chandra. Mungkinkah nanti ada Gerakan 1,000,000 Juta Facebookers mendukung pembebasan Angelina – Miranda? Wallahualam. Facebook juga telah mendefinisikan persahabatan itu seperti apa? Dulu kalau kita tidak suka dengan orang cara mengekspresikannya macam macam, dengan adanya Facebook jadi sederhana, cukup : delete from friend . Melalui Facebook juga kita seperti disatukan kembali dengan serpihan-serpihan masa lalu – dan tiba-tiba kita seperti kembali menjadi sangat dekat dengan teman-teman lama .
Selamat datang di era web 2.0, sebuah era dimana komunikasi dua arah yang ada pada Facebook, Twitter dan Youtube menyeruak; menyapa ramah penghuni jagat, mulai dari pekerja pekerja yang di bayar Yen Jepang di negara Sakura sana hingga yang di bayar Yen Ono Duite . Selamat datang era online mutakhir, dimana setiap individu kini memiliki kekuatan penuh kadang tanpa rambu rambu untuk menyuarakan ide dan gagasannya hampir di semua lini kehidupan. Perubahan selalu membawa implikasi dan kita dituntut menyesuaikan irama tarian kita dengan perubahan tersebut. Dulu di zaman ngetop ngetopnya Mas Ebiet G. Ade kita kalau ada masalah sering menjawab : tanyakan saja pada rumput yang sedang bergoyang, sekarang kan tidak ngetrend lagi makanya disesuaikan dengan tanyakan saja pada Dewi Persik atau Jupe yang sedang bergoyang.
Harvard Business Review di edisi nya May 2012 memaparkan beberapa pergeseran yang seharusnya kita amati biar tidak dilindas oleh perubahan tersebut. Mereka yang berubah terlalu awal biasanya dikatakan eksentrik, yang lambat berubah sering dianggap antik sedangkan yang menyesuaikan diri dengan perubahan dan berubah pada saat yang tepat itulah JENIUS. Partai partai politik di Indonesia merupakan ajang yang sempurna untuk melihat fenomena ini. Ketika angin perubahan mengarah ke Partai Demokrat maka berduyunlah kaum jenius tersebut hijrah ke Demokrat, dan kalaupun di Pemilu 2014 mereka tidak di Demokrat lagi, jangan salahkan lah pengamat angin perubahan tersebut karena mereka tetap ingin mempertahankan kejeniusannya.
1. Media: From Audience to Community
Perubahan pertama adalah pada fungsi Media yang bergeser dari Pendengar ke Komunitas. Dulu kita terbiasa menganggap bahwa media elektronik adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada pendengar. Tetapi ketika “one-to-many” menjadi “many-to-many,” maka pendengar kita berubah menjadi komunitas. Pendengar dulu pasif, tidak dikenal dan terisolir sekarang mendadak menjadi , aktif, diberdayakan, and terkoneksi. Kita tidak memberi ceramah lagi; kita menjadi tuan rumah suatu pesta. Kesuksesan kita ditentukan oleh bagaimana cara kita menghubungkan tamu tamu yang ada dan bagaimana caranya supaya percakapan terus berjalan tanpa ada kebisuan diantara mereka. jangan sampai terjadi seperti anda posting topik yang tidak menarik di Facebook yang menghasilkan no comments dan tida ada yang like.
2. Individuals: From Consumer to Co-Creator
Evolusi pendengar pasif ke aktif komunitas membawa implikasi perubahan dari pengguna ke pencipta. Dalam bisnis pelanggan secara aktif ikut menentukan kualitas itu seperti apa menurut persepsi mereka. Berbagai ukuran kualitas manajemen perusahaan baik dengan lebel ISO 9000 atau ISO 14000 bisa menjadi ISO GENDHENG bila perusahaan yang sudah susah payah mendapatkan sertifikat tersebut produknya kemudian dipersepsi oleh konsumen sebagai produk yang tidak berguna melalui posting posting negatif di social media. Hal yang sama juga terjadi sekalipun produk tersebut belum tersertifikasi ISO, tetapi bila dipersepsi positif oleh pengguna media sosial, kecenderungannya akan berhasil cukup besar.
3. Brands: From Push to Pull
Perubahan selanjutnya yang terjadi adalalah dari Mendorong(Memaksa) ke Menarik. Di era sosial media masyarakat tidak suka dipaksa . Mereka tidak perlu diberi tahu merek apa yang di beli, dimana membeli dan kapan membeli. Media sosial melakukannya untuk mereka. Itulah sebabnya para boss Saatchi and Saatchi yang merupakan perusahaan periklanan terbesar di London baru baru ini menyatakan “Marketing is dead” karena suara sosial media merupakan suara megaphone yang paling keras dewasa ini. Dulu orang di dorong untuk menggunakan maskapai penerbangan tertentu kalau mau bepergian, sekarang dengan Web 2.0 semua informasi tersedia dengan jelas, beserta tipe pesawatnya, singgah dimana dan harga tiketnya di mana. Kalu mau coba silahkan coba disini.
http://www.cheaptickets.nl/en/index.cfm
Untuk penerbangan ke luar negeri selalu terlihat dan
selalu terlihat lebih mahal, makanya jadi susah bersaing dengan penerbangan lain di kolong jagad ini seperti dan
4. Organizations: From Hierarchies to Networks
Organisasi juga mengalami pergerseran paradigma sebagai akibat dari karyawan yang makin terkoneksi dengan kawan kawannya secara virtual di jagad ini. Selamat tinggal masa sang jagoan sendiri yang sering tampak pada film film action macam Ramboo yang begitu saktinya menghabisi lawan lawannya. Salah satu ukuran kehebatan sekarang adalah sekuat apa network kita yang satu indikatornya ditunjukan dengan berapa juta orang followers di twitter seperti Lady Gaga.
5. Markets: From Products to Platforms
Keunggulan bersaing suatu produk bergeser dari produk ke platform. Pergeseran ini sangat terlihat jelas di arena teknologi. Platform Apple adalah dia tidak menjual smartphone tetapi menjual pengalaman yang di dapat lewat platform produknya. Dominasi Apple adalah karena keberhasilannya menciptakan platform yang lebih dari produk-produknya. Perusahaan lain membuat smartphone yang sangat baik. Tapi iPhone adalah platform yang unggul dalam menciptakan pengalaman terbaik melalui iTunes, App Store, dan sekarang iCloud.
6. Leadership: From Control to Empower
Revolusi sosial menghendaki jenis kepemimpinan baru . Diperlukan keterampilan yang berbeda untuk mengelola hirarki dan mempengaruhi publik . Tantangan kepemimpinan baru adalah bagaimana merancang jaringan, membangun platform, dan melibatkan komunitas . Dibutuhkan tingkat keaslian, transparansi, dan visi yang lebih tinggi dikombinasikan dengan komitmen terhadap keunggulan, ketanggapan , dan kinerja. Di era sosial media , sifat kekuasaan bergeser dari seberapa banyak Anda mengontrol ke seberapa baik Anda memberdayakan. Terlepas dari apa yang terjadi pada Facebook, perubahan fundamental yang terjadi akan selalu mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita. Sejak di temukannya mesin cetak oleh Gutenberg beberapa perubahan besar terjadi : the Protestant Reformation, the Renaissance, the Scientific Revolution, dan munculnya negara bangsa (nation state). Diperlukan waktu 300 tahun untuk semua perubahan ini berlangsung. Tetapi pada langkah kecepatan pada dewasa ini, kita harus menghitung dalam hitungan tahun bukan abad. Bisa kah anda bayangkan Nokia yang begitu digjaya menjadi terseok seok dalam kurun waktu yang singkat?
Kalau anda berminat membaca artike asli, silahkan link ke sini.
Semoga bermanfaat. Have a nice weekend!